Merebut Kesadaran Anak Muda Melalui Diskusi dan Nobar Film di Tengah Parade Sound Horeg

Video viral warga membongkar pembatas jalan agar truk pembawa sound horeg bisa lewat terjadi tahun lalu di salah satu kota di Malang pada perayaan kemerdekaan RI. Tahun ini seorang kru sound horeg di Kabupaten Jombang jatuh dari truck pada 24 Agustus 2024 terpeleset saat melakukan persiapan karnaval sehingga korban tewas. Tak hanya itu, kejadian viral lain terkait sound horeg adalah ibu-ibu hampir dikeroyok rombongan karnaval sound horeg di Pati saat protes suara yang menggetarkan bangunan rumahnya. Tak terkecuali Kabupaten Jombang, beberapa waktu lalu terdapat aksi pembongkaran jembatan di kecamatan Peterongan untuk keperluan karnaval sound horeg.

Sanggar Hijau Indonesia berhasil “merebut” perhatian anak muda dari gemerlap pesta dan getaran sound system ke dalam diskusi yang lebih bermakna. Dengan semangat menyulut kesadaran, mereka berkumpul di kafe untuk nobar film The Scavengers: Kisah Para Pemulung, membakar keresahan tentang krisis lingkungan yang nyata.

Shanti Ramadhani menuturkan, “sebagai Direktur Sanggar Hijau Indonesia dan fasilitator program Green Youth Movement (GYM), kami merasa tergerak untuk menginisiasi acara nobar dan diskusi ini bersama teman-teman kelompok muda dari Youth Green Leadership. Lewat film The Scavengers: Kisah Para Pemulung, kami ingin menyentuh hati masyarakat, mengajak mereka melihat lebih dekat kehidupan para pemulung—mereka yang berjuang dalam diam, menemukan nilai di balik sampah yang sering kita abaikan. Harapannya, film ini bisa menumbuhkan empati dan kesadaran bahwa mengurangi dan memilah sampah adalah langkah kecil yang berarti besar”.

Di tengah gempita fenomena musik horeg yang sedang viral, kami memilih untuk memfasilitasi percakapan yang lebih dalam, tentang bagaimana kita bisa lebih peduli pada lingkungan dan sesama. Anak-anak muda ini bukan hanya nongkrong, tapi mereka juga beraksi. Dengan menonton kisah nyata para pemulung, kami berharap publik terinspirasi untuk memulai perubahan dari hal-hal sederhana yang bisa dilakukan setiap hari. Ini tentang menyatukan hati dan aksi demi masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan”.

Faiz Dwi Febrian saat ini duduk di kelas 10 SMA di Jombang, hadir dalam kegiatan ini memberikan tanggapan postif, bahwa “dalam diskusi tersebut kita dapat mengetahui kondisi real di tempat TPA, dan juga kita sebagai orang yang tidak tau kondisi jadi prihatin terhadap kondisi para pemulung dan juga warga sekitar yang kemungkinan besar mendapatkan dampak negatif dari adanya TPA  yang pertama bau”.

Antusiasme anak muda juga terlihat di sesi pembukaan dengan penampilan memukau dari dua finalis Green Youth Movement Kabupaten Jombang yang menampilkan tari remo boletan kesenian khas Jombang.

Kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid pada 7 September 2024 yang dimulai pukul 19.00 bertempat di Caffe Oasis Jalan Agus Salim Jombang dengan penanggap secara online dari Kepala Bidang Persampahan dan Ruang Terbuka Hijau dan Hermawan Some dari Nol Sampah Surabaya. Sedangkan yang hadir secara luring dari praktisi petugas TPS3R Rejoagung Umar Shubhan.

Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian #worldcleanupday bulan September, dimana selanjutnya akan diadakan cleanup terbuka pada 15 September 2024 di Pasar Brantas Desa Ngogri Kecamatan Megaluh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *