Berita

Webinar Eco Dialog: Youth for Peaceful Sustainability

Sanggar Hijau Indonesia (SHI) melalui program dari Indika Foundation mengajak anak muda dalam rangkaian kegiatan Youth Green Leadership, berisi pelatihan untuk memberdayakan orang muda menjadi agen perubahan dalam upaya perdamaian lingkungan. Fokusnya adalah pengembangan kemampuan berpikir kritis dan pemahaman sosio-emosional. Program ini bertemakan ” Waste for Change: Empowering Youth for Peaceful Sustainability”.

 Kegiatan ini menjadi program pendidikan lingkungan kali pertama di Kabupaten Jombang, tujuan diselenggarakannya untuk mencetak generasi muda sadar, terlibat dan berperan dalam mengkampanyekan pentingnya pengelolaan sampah dan perdamaian lingkungan. Dalam mensukseskan kegiatan ini SHI menggandeng Himpunan Pegiat Adiwiyata Indonesia (HPAI) DPW Jombang, Aneka Perumda Seger, Beresin Sampah, Komunitas Guru Penggerak (KGP) Jombang, Gusdurian Jombang, Siswa Jombang, dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH).

Program ini terdiri dari 3 rangkaian kegiatan antara lain Eco Dialog, Eco Empower,dan Eco Expedition. Kegiatan pertama Eco Dialog: Youth for Peaceful Sustainability sudah terlaksana secara offline pada Minggu 19 Mei 2024 pukul 08.30- 11.30 WIB menggunakan zoom cloud meeting. Menghadirkan tiga narasumber yang secara umum membicarakan pentingnya pengelolaan sampah dan peran pemuda dalam menciptakan perdamaian lingkungan.

Shanti Ramadhani dari SHI memberikan materi pengelolaan sampah. “Ternyata dari daya dukung infrastruktur pemerintah kita masih belum mampu melayani” ungkap Shanti. Saat ini, hanya 110 desa dari 306 desa/kelurahan, itupun volume yang terkelola masuk ke TPA 24% saja sisanya bisa dilihat dibakar, dibuang ke sungai, dan dibakar. Dari data ini mayoritas masyarakat masih belum paham, namun ini tanggung jawab bersama baik pemerintah, swasta, dan masyarakat. 

Lebih lanjut Shanti menguraikan banyak fenomena overload muatan container sampah, petugas sampah yang mendapat upah tidak seberapa, bahwa ketika orang diajak untuk memikirkan masalah sampah lebih banyak orang menolak karena kudu memilah, merepotkan, menghabisakan banyak waktu. Maka program Waste for Change, bisa jadi ruang untuk berperan orang muda usia 15-24 tahun mengelola sampah untuk lingkungan berkelanjutan.

Pemateri kedua Ema Rahmawati dari Gusdurian Jombang yang bicara tentang Harmonisasi Nilai-nilai Perdamaian dan Lingkungan. Peace without justice an illusion kutipan menarik dari Gus Dur menjadi pembuka sesi ini. Hubungan kepedulian lingkungan dengan peacebuilding, banyak konflik yang terjadi akibat lingkungan, jadi dengan bersama-sama, sebanyak-banyaknya orang yang bisa kita rangkul harapannya bisa mencegah konflik lingkungan atau konflik yang lain. Pendidikan lingkungan bisa menjadi cara untuk mewujudkan masyarakat yang harmonis.  

Jadi ketika semua pihak menyadari, harapannya dimungkinkan bekerjasama untuk menjaga lingkungan. Bumi kita satu, kita tinggal di satu rumah yang sama, jadi dengan kita peduli dengan lingkungan, tidak peduli apa agama kita, suku kita, ras kita, tutur Ema. Di akhir penjelasan koordinator Gusdurian Jombang mengapresiasi orang muda yang mengikuti kegiatan ini, “ini satu langkah besar untuk teman-teman membuat perbedaan di dunia ini”

“Jangan pernah takut untuk bermimpi” motivasi dari Afrizal Prasadana membuka sesi materi Peran Orang Muda dalam Perdamaian. Salah satu isu lingkungan juga dipengaruhi karena komunikasi yang tidak baik.

“Apa saja yang bisa kita lakukan sebagai kaum muda?” tanya mantan pemuda pelopor Jawa Timur Bidang Pendidikan pada 2017  kepada peserta webinar. Menurutnya kegiatan peacebuilding di akar rumput bisa turun, terjun secara langsung, masuk ke komunitas lokal yang mendukung peacebuilding upaya dengan Pendidikan HAM di stage sebelum, selama, dan sesudah jadi komponen utama

Di akhir sesi materi teknis environment learning, berisi penjelasan challenge selanjutnya sebagai rangkaian kegiatan ke-2 yakni Eco Empower, yang bisa dilakukan secara mandiri melalui instruksi edukasi pada aplikasi Beresin Sampah. Peserta kegiatan ini didominasi pelajar, beberapa mahasiswa, fresh graduate, pekerja, santri pondok pesantren,guru, dan dosen.